Boulevard of Wedding Dreams is a BESTSELLER. Wow. Saat mengetahuinya, aku sampai nggak bisa berkata-kata sebab aku nggak menyangka ini akan terjadi. Novel terbaruku, BoWD masuk dalam daftar 5 novel terlaris Elex Media. Wow!!!
Sebagai pengingat, aku AuDHD—Autistic + ADHD—sehingga sesuatu yang bagi neurotypical/kebanyakan orang biasa saja, bagiku melelahkan dan bahkan ‘melumpuhkan’. Semua yang kutulis di bawah adalah dari sudut pandangku, penulis yang hidup dengan AuDHD.
Menengok ke belakang, perjalanan Boulevard of Wedding Dreams memang diwarnai banyak kejutan. Awalnya aku nggak berencana menerbitkan novel ini, karena satu dan lain hal. Lalu pada suatu malam, tiba-tiba aku ingin melengkapi novelku yang terbit menjadi 15 novel. Aku mengirimkan naskah ini kepada editorku di Elex Media. Menurut estimasiku, berdasarkan pengalaman di 8 buku sebelumnya bersama Elex Media, novel ini baru akan terbit Desember 2024 atau bahkan Januari 2025.
Tetapi, kejutan! Sebulan setelah aku mengirimkan naskah, editor menghubungiku dan memintaku agar aku mempersiapkan diri untuk revisi. Beliau berencana menerbitkan BoWD bulan Juli 2024. Saat aku mengungkapkan kekagetanku, kenapa BoWD terbit hanya 6 bulan berselang dari The Dance of Love—buku kedelapanku bersama Elex Media, editor mengatakan beliau sedang perlu mengerjakan naskah yang terpercaya. Tentu saja aku tersanjung, meskipun aku nggak akan bohong kalau kalimat itu sempat membebaniku. Tapi itu akan menjadi cerita di lain hari.
Setelah aku menyerahkan file revisi, editor memintaku untuk menyusun judul lain. Sebab judul yang kuajukan dinilai terlalu dangkal untuk sebuah cerita yang dalam. Aku tersanjung lagi tapi juga terbebani lagi. Membuat judul yang menjual sekaligus mewakili isi cerita itu nggak semudah yang kukira. Aku harus duduk seharian di mejaku—aku AUDHD, jadi aku harus duduk di pojok kreatifku ini agar bisa fokus—dan brainstorming sampai kepalaku pusing. Aku bahkan menggambar cover agar bisa membayangkan judul yang tepat. Dari beberapa yang kuajukan, terpilihlah Boulevard of Wedding Dreams.
Ide cover yang kuajukan disetujui tanpa ada masalah berarti, hanya perlu mendiskusikan palet warna dan jenis huruf. AuDH meltdown terjadi padaku saat aku membaca blurb di sampul belakang. Saat menerbitkan The Dance of Love dulu, aku diminta membuat 2 paragraf blurb, sehingga untuk BoWD pun aku melakukan hal yang sama. Tetapi kejutan … yang nggak kusukai, editor memangkas blurb bikinanku, sehingga hanya tersisa beberapa kalimat saja. Hatiku berteriak nggak terima tapi aku nggak tahu harus bagaimana. Otakku sulit menerima perubahan ini. Ada beberapa detail yang ingin kusebutkan di blurb, agar novelku nggak terkesan general dan sama dengan novel lain, tapi keputusan tetap dengan blurb yang sangat pendek. Aku menangis dan berpikir bahwa blurb—yang merupakan marketing factor yang penting untuk sebuah buku—akan mengantar Boulevard of Wedding Dreams pada kegagalan.
Hari-hari menjelang terbit, aku menyibukkan diriku dengan membuat materi promosi. Waktu yang kupunya sempit dan aku nggak yakin itu cukup untuk membangun antusiasme pembaca. Apalagi dengan kondisi media sosial gratisan yang jangkauannya semakin lama semakin mengenaskan. Aku membuat video title reveal, video cover reveal, character arts yang kugambar sendiri, trope map, video behind the scene, dan macam-macam lagi dan mengunggahnya di media sosial. Sesuai prediksi, tidak banyak akun yang terjangkau, tapi itulah yang bisa kulakukan sebagai penulis yang tidak menikmati dan tidak ingin membuat konten.
Aku memesan Boulevard of Wedding Dreams kepada penerbit, sebagain besar untuk dikirim kepada teman-teman yang ingin bukunya bertanda-tangan sehingga membeli langsung padaku. Di dalamnya juga termasuk buku-buku yang akan kukirim untuk reviewers. Aku juga meminta bantuan buku untuk promosi kepada penerbit. Lama kutunggu, semuanya nggak kunjung datang. Hari Sabtu, tanggal 3 September 2024, aku sangat gelisah. Aku nggak bisa melakukan apa-apa, hanya memikirkan BoWD saja. Namun semakin kupikirkan, semakin aku frustrasi.
AuDHD dengan executive disfunction parah dalam diriku mengharuskanku untuk membuat perencanaan dan jadwal yang mendetail, atau nggak akan ada pekerjaan yang berhasil kulakukan menuju terbit. Keterlambatan buku-buku tersebut tiba di rumahku menyebabkan jadwal yang sudah kususun berantakan. Rencana yang sudah kusiapkan pun tidak bisa dilaksanakan. Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, BoWD tidak dikirim langsung oleh penerbit. Melainkan lewat toko buku Gramedia. Dari hasil pelacakan lewat Gramedia.com, BoWD sudah berada di toko yang ditunjuk penerbit. Tetapi mereka tidak bisa memproses pesananku karena weekend dan sibuk. AuDHD melt down-ku hari itu disebabkan aku tidak terima karena aku beli buku banyak, nilai tranksaksiku cukup besar, tapi kenapa tidak diprioritaskan.
Usahaku untuk bertanya kepada editorku, karena aku terancam nggak memegang BoWD di tanggal terbit, menghadirkan kejutan dan kekecewaan selanjutnya. Beliau bilang terbitnya bukan tanggal 5 September 2024 tapi tanggal 7 September 2024. Sehingga jika tanggal 5 aku baru dikirimi buku, itu tetap termasuk sampai sebelum tanggal terbit. Tanggal terbit adalah sesuatu yang penting, sebab pada tanggal itulah e-book dirilis. Tanggal terbit yang salah yang telanjur kuumumkan sejak jauh-jauh hari tentu menimbulkan kekecewaan di hati pembaca sebab mereka tidak jadi bisa membaca pada tanggal 5 September. Mereka harus menunggu lebih lama.
Permohonan bantuan buku BoWD, untuk keperluan promosi, kepada penerbit pun tidak jelas kelanjutannya sehingga akhirnya aku nggak dapat. Pada titik itu, aku sudah mengalami AuDHD burnout.
AuDHD burnout bukan sekadar sangat capai atau sangat tertekan. Tetapi suatu kondisi di mana mental dan emosiku aus sebab aku harus mengelola semua gejala AuDHD yang timbul dalam waktu bersamaan akibat rangkaian kejadian di atas hingga memengaruhi kesehatan fisikku. Frustrasi yang menumpuk sejak awal Juli 2024 akhirnya meledak. I was drained and overwhelmed. Energiku benar-benar habis. Aku nggak punya tenaga untuk berkomunikasi dengan siapa pun, ingatanku memburuk, aku susah fokus, aku kesulitan merawat diriku sendiri—makan, mandi, skin care, dan sebagainya, aku juga depresi dan sangat cemas.
Pada tanggal terbit, 7 September 2024, aku sempat membuat satu unggahan di berbagai medsos berisi rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada semua yang mendukungku hingga BoWD bisa terbit. Sebenarnya aku punya beberapa materi promosi yang sudah kusiapkan dan rencananya akan kuunggah selama bulan Agustus. Agak memaksakan diri memang, tapi kalau bukan aku yang mempromosikan bukuku, siapa lagi yang akan melakukannya? Aku nggak pernah tahu apakah penerbit punya marketing plan untuk bukuku. Yang terlihat di medsos hanya pengumuman BoWD terbit bersama buku-buku lain. Pada saat itu perasaanku masih terbelah antara mau masa bodoh atau berjuang sedikit lagi.
Tetapi kejutan! Aku menerima laporan penjualan buku semester kedua 2023 dan e-book tahun 2023. Melihat angka-angka di sana membuatku semakin hancur. Tanpa mempertimbangkan ini dan itu, aku langsung meng-uninstall semua media sosial dan menjauhkan diri dari industri penerbitan. Aku bahkan nggak membaca buku sama sekali.
Dulu sekali, sebelum debut, aku pernah ikut kelas menulis dan diberi tahu bahwa bulan pertama adalah masa terpenting untuk sebuah buku. Pada bulan itu penjualan haruslah maksimal, yang berarti penulis harus bekerja keras mempromosikan pada periode itu. Tetapi karena kesehatanku nggak mendukung, aku nggak melakukan apa-apa selama satu bulan tersebut. Apa yang terjadi pada BoWD, terjadilah. Jika nggak laku pun aku ikhlas, sebab aku memang nggak bisa keluar menemui calon pembaca untuk mengenalkan BoWD. Karena keterbatasan energi dan keuangan, aku juga hanya bisa mengirimkan buku dalam jumlah kecil kepada beberapa reviewers. Aku nggak mengadakan giveaway karena nggak dapat bantuan buku BoWD dari penerbit yang sedianya kualokasikan untuk itu.
Psikologku mengatakan, ada dua pihak yang bertanggung-jawab mempromosikan bukuku. Jika aku sudah melakukan bagianku–termasuk mengeluarkan biaya–sebaik yang aku bisa, sedangkan pihak lain tidak, maka jika terjadi kegagalan, itu bukan salahku. Meskipun aku yang akan menangguh akibatnya, tapi aku nggak boleh menyalahkan diriku sendiri.
Aku muncul ke media sosial pada 26 Agustus untuk mengunggah foto hari ulang tahunku. Setelah itu aku meng-uninstall lagi hingga 27 September 2024, saat aku keluar untuk mengumumkan Boulevard of Wedding Dreams bestseller.
Jangan tanya aku bagaimana BoWD bisa sampai di sana, masuk dalam 5 buku terlaris Elex Media, langsung di tanggal terbit, karena aku juga nggak punya jawaban pasti. Ini berkat bantuan Kak Yonea, Mbak Rizky Mirgawati, dan Mbay Ayi yang berbaik hati mau mereviu bukuku. Ini berkat Miss Tina yang mengurus kedatangan buku dari toko dan seterusnya sampai terkirim. Ini berkat teman-teman pembaca setia yang menjemput BoWD dan memberinya rumah baru. Ini berkat Allah SWT yang mendengarkan dan mengabulkan doaku saat aku tahajud—salah satu upayaku merawat diri sendiri. Atau mungkin self-promo yang kulakukan sebelum terbit dulu berhasil menjangkau pembaca yang benar-benar ingin membacanya. Bisa jadi cover dan judul—marketing factors—berperan juga.
Pelajaran berharga dan harus kubayar mahal dari terbitnya Boulevard of Wedding Dreams adalah aku tidak boleh lagi berpikir dua kali untuk istirahat. Untuk menjauh dari penyebab AuDHD burnout sebelum itu benar-benar terjadi. Because burn out is much harder to climb out of.
Apakah status bestseller menghapus penderitaan yang kualami menjelang terbitnya Boulevard of Wedding Dreams? Sayangnya tidak. Kembali ke media sosial untuk membicarakan bukuku, membuka WhatsApp lagi untuk mengurus masalah penerbitan—Boulevard of Wedding Dreams yang tiba-tiba nggak bisa lagi dibaca dengan paket Fiction maupun Full premium, dan sebagainya, kembali mengisap habis energi mentalku. Aku memerlukan waktu untuk istirahat lebih lama.
Aku harus sering mengingatkan diriku bahwa aku adalah manusia yang memilih menjadi penulis di malam hari—siang hari kerja beneran, yang mencukupi kebutuhan hidupku, karena pendapatan penulis memprihatinkan, bahkan yang bestseller—bukan penulis yang kebetulan manusia. Selalu dan selalu, aku harus ingat bahwa aku harus memprioritaskan kepentiangan manusia dalam diriku. Penulis nomor sekian. Yang paling utama adalah kesehatan dan kebahagiaanku.
Aku nggak akan bisa membahagiakan orang lain melalui cerita-cerita rekaanku, kalau aku sendiri tidak bahagia. Apa guna aku membahagiakan orang lain, tapi diriku sendiri nggak bahagia? Seperti satu kalimat dalam Boulevard of Wedding Dreams: Jangan meniru lilin, memberi terang pada orang lain tapi diri sendiri terbakar.
Boulevard of Wedding Dreams bisa didapatkan di toko buku, Google Playbooks, Gramedia Digital, maupun Apple Books.