Judul tersebut adalah pendapatku. Menurutku yang suka nulis status di sosmed bahwa dia sedang mengalami writer’s block itu cuma sedang gaya aja. Biar kelihatan hebat? Ya malah enggak. Kalau hebat ya lancar nulisnya. Kalau ngeluh kena writer’s block mah ya….. MALES itu namanya. Gak perlu dikeren-kerenin.
Meski aku penulis newbie, yang baru nerbitin buku tahun 2016 bulan Maret, yha buku pertamaku adalah MY BITTERSWEET MARRIAGE(<<klik untuk tahu apa itu) terbit melalui Elex Media, tapi aku sering dapat pertanyaan ini. Gimana cara mengatasi writer’s block. Jawabanku selalu ‘nggak tahu’. Karena belum pernah mengalami.
Apa aku pernah kesulitan ngerjain suatu project menulis? JAWABANNYA SERING. Aku sering bongkar-pasang naskah karena menemui jalan terjal untuk menyelesaikannya. Naskah Midsommar, cerita berikutnya soal The Mollers, kali ini Mikkel, sampai sebanyak ini filenya. Kukerjakan dari tahun lalu.
Tapi apa aku menyebut itu sebagai writer’s block? Nggak sama sekali. Itu cuma karena aku kurang ‘engage’ atau ‘kawin’ dengan jalan cerita, tokoh, dan hal-hal pelengkap. Biasanya setiap kali menyelesaikan satu outline, aku punya rasa penasaran dalam diriku, misal aduh gak sabar mau baca seperti apa konfliknya, seperti apa ending-nya. Karena pengen cepert baca, makanya aku cepet selesaikan nulisnya. Enaknya jadi aku, yang nulis, kalau aku kurang suka dengan konflik atau ending, aku bisa ganti. Kalau pembaca, ya silakan nikmati apa yang diberikan penulis heheheheh.
Percaya pada sesuatu bernama writer’s block itu sama saja percaya dengan kunang-kunang adalah kuku orang mati. Dulu waktu masih kecil, belum ngerti, aku ngeri sendiri tiap ditakut-takutin temanku ketika lihat kunang-kunang. Aku lahir dan besar di desa dan dulu banyak hewan mengesankan itu. Dan sekarang, aku nggak takut sama mitos begituan. Aku malah nunggu-nunggu kapan kunang-kunang datang. Sama aja dengan writer’s block. Ketika belum ngerti dulu ya kukira itu adalah kiamat bagi seorang penulis. Tapi setelah ngerti … it is just a myth. It doesn’t exist.
Tapi, Kak Ika, tetep aja saat nulis kadang aku merasa nggak bisa melanjutkan. Itu gimana, Kak? Analisa saja nggak bisanya karena apa. Karena kurang bahan untuk ditulis? Silakan riset lagi. Karena kurang menguasai ide sehingga gak yakin? Ganti, tulis apa yang dekat dengan kita, apa yang kita kuasai. Karena kamu kurang cinta dengan jalan ceritanya? Revisi. Karena kamu kurang bisa menjiwai tokoh-tokoh dalam ceritamu? Hidupkan mereka dalam kepalamu setiap saat, misal ketika makan bakso bayangkan kalau Mikkel dan Lil yang duduk di sini, mereka bakal ngapain aja dan ngobrolin apa.
Bukan itu semua? Itu bisa jadi karena jenuh. Lho kalau cinta sama menulis, kalau memang nulis itu passion kita, mana mungkin kita bosan? Megabintang sepakbola kayak Cristiano Ronaldo itu nggak latihan skill dan fisik terus. Dia juga punya hobi lain. Pergi liburan juga. Karena memang kita perlu penyegaran. Rehat. Jadi, meski bukan liburan ke Bahama seperti Ronaldo, kita bisa juga melakukannya dengan biaya yang lebih murah.
Baca Buku
Ini cara paling efektif untuk mengatasi mitos tersebut. Manfaatnya banyak. Pertama, menghibur. Kedua, menyegarkan otak. Ketiga, menginspirasi. Keempat, merangsang kita untuk berpikir. Kelima, kalau pilih buku yang tepat bisa sekalian riset pustaka. Dan banyak lagi. Tapi kalau mau dapat semua manfaat itu sekaligus: pilih buku yang bagus. Buku yang bagus itu buku yang kalau kita baca, kita pengen nulis. Sebagus buku yang sedang kita baca.
Piknik
Royalti belum turun, nggak bisa ke Bali. Ya piknik aja di ruang terbuka hijau di dekat rumah. Kalau saranku, pikniknya di luar ruangan. Yang kena udara bebas. Nggak usah bawa gadget. Bawa buku boleh. Karena dalam buku The Courage To Be Creative yang kubaca, di situ disebutkan
Your insights my come through other connections with nature.
…
Modern research corroborates the link between natural surroundings and creativity. One study found that ‘interacting with nature has real, measurable benefits to creative problem solving’ increasing performance by a full 50 percent.
Udara segar dan pemandangan yang bagus itu membuat stres berkurang. Apalagi kalau dinikmati sambil jalan kaki. Merenung yang paling baik itu sambil melangkah, atau berjalan. Makanya penemu seperti Tesla, panutan Gavin di Bellamia, setiap hari berjalan 10 km karena memang pada saat itu bisa berpikir lebih baik.
Lalu masih dari buku yang sama, dengan jalan-jalan menikmati alam, kita akan daat kejutan tak terduga dari … alam–sumber inspirasi terbesar kita. Mungkin kita akan dapat sudut pandang baru. Atau inspirasi bahkan.
You may find a particular place or object that inspires you. It might be an old oak tree that seems to carry ancient wisdom, ora a boulder that affords you a beautiful view when you sit on it. Your muse in nature will select you….
StarSpiration
Alias duduk di bawah langit malam. Malam-malam yang dihabiskan dengan memandang langit, katanya, lebih bermakna daripada malam-malam yang dihabiskan dengan menonton televisi. Kalau kita menatap langit, yang luas, maka mau gak mau otak kita bakalan berpikir. Kenapa orang-orang zaman dahulu bisa menemukan petunjuk arah menggunakan langit? Ya karena malam-malamnya dihabiskan di luar ruangan. Bukan duduk nonton TV dan main HP. Mitologi mengenai konstalasi bintang yang indah juga dihasilkan oleh orang yang mengamati langit bukan layar TV. Misalnya tentang konstalasi Andromeda, yang digambarkan sebagai anak dari Cassiopeia, yang dikorbankan oleh ibunya sendiri untuk monster laut Cetus, lalu diselamatkan oleh Perseus. Mau bikin cerita hebat seperti itu?
Stargazing is a therapy, kata B.J Miller, pllative care di University of California, dalam wawancara di buku Tools of Titans. Memandang langit bisa bikin jiwa dan pikiran menjadi lapang. Coba kalau tak percaya.
Hobi Lain
Pisang itu bagus untuk kesehatan. Tapi apa setiap hari kita makan pisang? Makan apel juga sesekali. Menulis itu memang banyak manfaatnya. Tapi apa harus setiap hari menulis? Bisa diselingi dengan hobi lain. Hobi itu, kata kartun Upin dan Ipin, dilakukan di waktu luang dan bermanfaat. Nggak akan ada ruginya dijalani. Aku suka menjahit. Dan nanti bisa saja aku bikin tokoh novel yang punya hobi sama. Aku gak perlu riset, karena sudah menjalani sendiri.
Masih percaya bahwa kita bisa terjangkit writer’s block?
Semua foto adalah dokumentasi pribadiku.