• Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Menang Lomba Cerpen Teman Tulis 2021

    Late post! Cerpenku yang berjudul Sebaik-baik Pelajaran menang Lomba Cerpen Teman Tulis 2021 yang diselenggarakan oleh aplikasi Lontara untuk kategori umum. Pemenang diumumkan bulan September kemarin tapi aku baru bisa ‘merekam’ perjalanan itu sekarang. Karena sedang sangat sibuk revisi bukuku, The Promise of Forever, yang akan terbit bulan ini. Tiba-tiba diberi tahu editorku kalau tahun ini aku bisa menerbitkan dua buku itu, well, rasanya aku kaget, bingung, dan cemas. Tapi itu cerita untuk lain hari. Yang tidak kalah mengagetkan–oke, sangat mengagetkan–adalah melihat namaku ada di daftar pemenang Lomba Cerpen Teman Tulis 2021. Sebagai pemenang pertama lagi. Untukku, penulis yang terbiasa dengan karya yang panjangnya 70.000 kata, bisa menyelesaikan tulisan sepanjang 3.000 kata adalah suatu…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Done Is Better Than Perfect

    Itu adalah salah satu prinsip yang kupegang teguh sebagai seorang penulis, sejak buku pertama hingga judul keenam, The Promise of Forever, yang akan terbit bulan Oktober nanti. Tanpa tulisan itu, yang kupasang besar-besar di dinding kamarku, dan di buku catatan, aku tidak akan pernah mengirimkan naskah kepada editor. Karena aku akan terus membaca ulang dan merevisi naskahku, mungkin sampai aku mati. Sebab kesempurnaan itu tidak akan pernah bisa tercapai, walaupun aku menghabiskan banyak waktu untuk mewujudkannya. Setiap kali mengerjakan sebuah naskah, aku hanya memberi kesempatan kepadaku dua kali membaca ulang. Otomatis, dua kali pula merevisi. Sudah pasti hasilnya tidak sempurna. Kalau mau dibaca ulang seratus kali, aku akan selalu menemukan…

  • Blog,  My Books,  Thing That Makes Me Happy,  Uncategorized

    Di Antara Dua Pilihan

    Menjadi Penulis Terkenal atau Penulis Sukses? Suatu malam di bulan ini, aku menerima pesan WhatsApp dari temanku. Dia bertanya,”Menurutmu, penulis itu selebritis atau bukan?” Belum sempat aku menjawab, dia sudah mengirimkan beberapa pesan yang menjelaskan kenapa dia melemparkan pertanyaan itu. Temanku mendapati seorang penulis dengan star syindrome—bahasa yang dipakai temanku—padahal bukunya tidak bermutu. Ini aku hanya mengulang kalimat temanku, bukan pernyataan dariku. Sebab aku tidak pernah mengatakan sebuah buku itu jelek. Seperti apa pun kualitas sebuah tulisan, selalu bisa memeriku pelajaran; jangan menulis seperti itu atau menulislah sebagus itu. Di dunia ini, ada banyak buku yang membuatku berpikir bahwa, sayang sekali kertas, uang, waktu, dan berbagai sumber daya lain digunakan…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Kenapa Aku Menulis Cerita Romance?

    Jawabannya tidak sesederhana ‘karena aku menyukai genre romance’. Suatu waktu, aku mendapatkan kesempatan berharga untuk bekerja bersama seorang editor yang luar biasa. Dari beliau aku banyak sekali belajar, tidak cuma tentang menulis, tapi tentang hidup dan sebagainya. Aku belum mencantumkan nama beliau di sini karena permintaan izinku melalu WhatsApp belum dijawab. Masih jelas terekam di ingatanku, beliau mengatakan kalau aku mau mengurangi kadar romance di dalam naskah yang kutulis, aku bisa masuk ke genre literary fiction. Beliau yakin aku mampu membuat karya yang berbeda pada genre itu. Di sana aku akan lebih bebas mengeksplorasi segala tingkah-laku manusia—aku sudah melakukan ini di buku-bukuku hingga menyampaikan kritik sosial—aku juga selalu menyertakan ini…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Jangan Pernah Hapus Naskahmu!

      Seperti yang kukatakan dalam novel Savara, ditolak merupakan salah satu ketakutan terbesar manusia. Saat melamar kerja atau minta izin kepada orangtua, pasti dalam hati tebersit kekhawatiran bagaimana nanti kalau tidak diterima atau tidak diizinkan. Meskipun sudah sering ditolak berkali-kali, tetap saja hati kita nggak akan pernah siap 100% untuk legowo menerima penolakan berikutnya. Berbagai macam cara kita lakukan untuk menghibur diri bahwa kejadian itu bukan akhir dari segalanya. Masih ada hari esok dan ketika kita berusaha, hasil yang akan kita peroleh akan lebih baik. Ketika memutuskan untuk menjadi penulis, aku tahu bahwa naskah ditolak penerbit adalah salah satu tahapan yang harus kulalui—dan mungkin sebagian besar penulis lain—dan nggak bisa…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    THE LITTLE MATCHMAKER

    Sebuah Cerita Pendek oleh Ika Vihara Banyak orang bilang aku punya sembilan nyawa. Meski mereka tidak pernah tahu sekarang nyawaku tinggal berapa. Sering juga orang mengatakan aku pandai mengelabui malaikat pencabut nyawa. Aku tidak mudah mati, katanya. Bahkan beberapa dari mereka percaya aku bisa hidup selamanya. Ah, manusia. Seandainya aku bisa bicara bahasa mereka, aku akan meluruskan semua pemikiran tidak masuk akal itu. Sama dengan mereka, aku hanya punya satu kesempatan hidup. Tetapi, berbeda dengan manusia yang rapuh—fisik dan mentalnya, aku sangat kuat. Kecelakaan yang membuat tulang manusia patah, hanya akan membuat tubuhku pegal-pegal. Ini bukan karena aku punya sembilan nyawa. Baca buku banyak-banyak, manusia, jangan sibuk membaca status orang…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Dear Me

        Engkau adalah inspirasi terbesarku. Segala hal, sekecil apapun itu, bisa terlihat menarik ketika kamu memandangnya. Kamu selalu melihat jauh ke balik permukaan, menemukan sesuatu yang luput dari perhatian orang lain. Kamu tidak takut untuk menyampaikan perbedaan itu. Meski sebagai konsekuensinya, teman-teman dan orang-orang di sekelilingmumenganggapmu aneh. Orang tidak habis pikir kenapa kamu tahan menghabiskan waktu berjam-jam sendirian hanya dengan melukis, menulis, atau hanya mencoret-coret kertas, sekadar menuangkan isi pikiranmu yang seperti tidak ada habisnya. Namun kamu memilih tidak memedulikan mereka. Terima kasih kepada orangtuamu yang selalu membacakan cerita ketika kamu belum bisa membaca. Terima kasih kepada orangtuamu yang bersedia membelikanmu buku-buku karena kamu selalu haus membaca. Saat itu…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Berhenti Menulis

      14 November 2018. Pukul 23.27. Aku mengatakan kepada seseorang bahwa aku ingin berhenti menulis. Seseorang tersebut tertawa, nggak menanggapi serius apa yang kukatakan. Dia hanya melambaikan tangan dan mengatakan, “I have a feeling after a few weeks you will reach out for the pen again. Writing runs in your blood.” Aku sendiri nggak tahu kenapa aku sampai bisa mengeluarkan kalimat seperti itu. Seseorang tersebut selalu benar. Rasanya aku nggak bisa membayangkan aku akan menyebut diriku apa, selain penulis. Tanpa sebuah karya, aku hanya manusia biasa. Dan aku ingin menjadi lebih dari biasa. Keinginan untuk berhenti menulis bukan muncul karena nggak ada yang mau membaca tulisanku. Bukan. Selama ini aku…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Di Balik The Dance of Love

    Beberapa waktu yang lalu, seminggu sekali aku sempat mengunggah cerita The Dance of Love di sini. Kemudian, terhenti. Alasannya sepele dan lazim banget. Macet di tengah jalan. Aku nggak tahu gimana aku harus melanjutkannya. Bisa jadi karena aku salah start. Atau mungkin karena aku nggak bisa mengikuti outline yang kubikin. Kalau aku boleh menyebut, saat itu aku mengalami konstipasi dalam menulis. Di kepalaku ada banyak hal yang ingin kutulis, tapi meski kupaksa semua itu keluar dari kepalaku, tetap tidak bisa. Mirip seperti orang yang kesulitan, sorry, buang air besar. Sebenarnya itu bukan kali pertama aku menulis cerita The Dance of Love. Dulu juga sempat pernah kutulis dan kuunggah. Nggak sanggup lanjut juga.…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    SEBUAH KESALAHAN

    SEBUAH KESALAHAN DALAM MENULIS Ini bukan tentang kesalahan dalam teknis kepenulisan. Bukan. Melainkan salah motivasi dalam menulis. Tadi malam, sebelum tidur, aku memikirkan perjalanan karier menulisku—uh huh, biar tampak hebat meski sebenarnya ya nggak juga. Sejak SMA aku sudah aktif menulis di buku harian. Ini adalah fondasi karier yang amat penting, tidak bisa diremehkan. Semenjak kelas dua atau tiga SMA, aku bertukar buku harian dengan sahabatku, Kristian. Isinya macam-macam. Dari cowok yang kami sukai, lirik lagu yang menggambarkan suasana hati, keluarga, teman yang menyebalkan, sampai pembahasan soal-soal biologi. Sampai hari ini aku masih sering membaca buku tersebut, karena cerita-cerita di dalamnya begitu hidup. Waktu kuliah, aku ikut menulis di majalah…