Hampir semua bukuku kutulis di sini. Di pojok sebuah ruangan di rumahku. Aku tidak memerlukan banyak peralatan untuk menulis naskah novel. Hanya laptop. Dibandingkan melihat pemandangan alam di depanku, aku lebih suka memandang novel-novelku yang sudah terbit. Dengan begitu aku menjadi yakin, jika dulu aku bisa menulis sebuah novel, sekarang aku juga pasti bisa. Kadang-kadang aku juga membaca ulang novel-novelku, saat aku merasa aku kehilangan ciri khas cara bertuturku. Hanya di sinilah aku bisa mengakomodasi semua kebutuhanku saat sedang menulis.
Aku tidak pernah menulis sambil mendengarkan lagu. Sebab lagu hanya akan membuatku ingin menyanyi dan kalau aku tidak tahu liriknya, aku akan tergoda untuk meng-google-nya. Untuk membatasi diriku dengan gangguan suara dari luar, aku mendengarkan suara-suara alam, yang selalu ada di playlist-ku. Saat sedang menulis bagian yang sedih, aku mendengarkan suara hujan. Bagian yang menyenangkan, aku mendengarkan suara kicau burung. Dengan begitu, walau aku berada di dalam kamar, aku merasa seperti berada di alam bebas.
Dulu aku menggunakan buku agenda untuk membuat jadwal menulis. Sekarang aku menggunakan Google Calendar. Sebab aku memiliki gangguan kecemasan, maka aku harus selalu membuat jadwal dan mem-break-down apa-apa yang harus kulakukan, sehingga tidak terlalu overwhelming. Tanpa penjadwalan, novel yang kutulis tidak akan pernah selesai. Jadwal menulisku biasanya mulai pukul delapan malam. Sampai minimal, pukul sepuluh. Kalau tidak ngantuk, ya dilanjutkan sampai tengah malam. Saat nggak ada naskah yang harus kuselesaikan–sambil menunggu terbit–aku tetap menulis. Bukan naskah, tapi jurnal. Untuk menjaga agar rutinitasku nggak terganggu.
Menjaga semangat untuk terus menulis adalah bagian tersulit dari perjalanan ini. Sebab menulis kini bukan lagi hobi, melainkan profesi. Sudah banyak tekanan yang kurasakan, misalnya penjualan buku, review dan lain-lain. Karena hobiku sudah hilang, maka aku harus menemukan hobi baru. Aku memilih menggambar. Tetapi karena aku nggak suka ribet dan repot, aku membeli wacom tablet untuk pemula. Ketika jenuh menulis, lewat video-video di YouTube, aku belajar menggambar.
Bukan hanya menggambar menjadi jalan untuk melepaskan penat dan sejenak menjadi tempat pelarian diriku dari tekanan sebagai penulis, aku juga bisa menghemat uang untuk memproduksi novelku yang terbit self-publishing. Karena aku bisa menggamar sendiri covernya. Yang terbaru adalah cover The Danish Boss dan Geek Play Love.
Meski aku mulai menyukai menggambar, aku nggak akan menjadikannya sebagai profesi. Kalau sampai itu terjadi, aku akan pusing lagi mencari hobi. Hehehe bukan deng. Aku akan tetap fokus menulis, karena aku lebih mencintai dunia tersebut. Dunia yang menyelamatkanku dari depresi dan gangguan kecemasan yang gelap dan menyesakkan. Aku berharap novel-novel yang kutulis sendirian di dalam sunyi, bisa menjadi cahaya dan teman bagi mereka yang membacanya.