Blog,  Thing That Makes Me Happy

Menang Lomba Cerpen Teman Tulis 2021

https://www.instagram.com/p/CTOpt62lmNx/

Late post! Cerpenku yang berjudul Sebaik-baik Pelajaran menang Lomba Cerpen Teman Tulis 2021 yang diselenggarakan oleh aplikasi Lontara untuk kategori umum. Pemenang diumumkan bulan September kemarin tapi aku baru bisa ‘merekam’ perjalanan itu sekarang. Karena sedang sangat sibuk revisi bukuku, The Promise of Forever, yang akan terbit bulan ini. Tiba-tiba diberi tahu editorku kalau tahun ini aku bisa menerbitkan dua buku itu, well, rasanya aku kaget, bingung, dan cemas. Tapi itu cerita untuk lain hari.

Yang tidak kalah mengagetkan–oke, sangat mengagetkan–adalah melihat namaku ada di daftar pemenang Lomba Cerpen Teman Tulis 2021. Sebagai pemenang pertama lagi. Untukku, penulis yang terbiasa dengan karya yang panjangnya 70.000 kata, bisa menyelesaikan tulisan sepanjang 3.000 kata adalah suatu pencapaian besar. Aku nggak menargetkan menang, hanya ingin membuktikan kepada diriku sendiri aku nggak hanya bisa menulis novel, tapi cerita pendek juga.

Tanggal 14 Juli 2021, temanku, Miss Tina, mengirimkan tautan Instagram padaku. Informasi lomba cerpen. Batas akhir pengumpulan tanggal 31 Juli 2021. Ada waktu dua minggu untuk menulis. Semestinya cukup. Kalau aku nggak sedang dalam proses revisi novel bersama editorku. Apalagi saat itu aku punya PR besar untuk mencari judul novel. Setelah dua judul yang kuajukan ditolak. Aku ragu apakah aku punya waktu untuk menulis cerpen. Tetapi, tema Lomba Cerpen Teman Tulis 2021 sangat ‘aku’ banget; keluarga. Ini salah satu tema yang selalu ada di dalam setiap novel yang kutulis. Jadi memasukkannya ke dalam cerpen terasa sangat menantang.

Tanggal 14 Juli malam aku duduk di meja dan memandangi monthly spread di jurnalku. Mencoba menyelip-nyelipkan jadwal menulis cerpen di antara padatnya proses menerbitkan buku. Karena aku perlu 3.000 kata, aku membaginya menjadi tiga hari. Perhari 1.000 kata. Namun di jadwal aku meluangkan tiga hari, sebab yang aku perlu mendaftar ide dan memilih mana yang bisa dipakai, kemudian membuat outline. Riset perlu, tapi nggak seintensif novel, jadi aku masih bisa melakukannya di sela-sela merevisi naskah.

Seperti biasa, aku nggak bisa membuat judul. Tetapi seperti biasa juga, aku nggak pernah memusingkan itu, Yang penting naskah cerpennya selesai dulu. Prinsipku dalam menulis cerpen ada lima; harus bisa membuat pembaca/juri baper sejak kalimat pertama, nggak boleh boros kata, sudut pandang jelas, dan nggak boleh boros kata kalimat–ruang terbatas, dan ada plot twist. Jadi ketika bisa menulis cerita dengan menerapkan lima prinsip tersebut, aku merasa puas. Bangga kepada diriku sendiri.

Hambatan dalam menulis cerpen tersebut, yang nomor satu, adalah BAPER sendiri. Iya, dadaku sesak dan sudut mataku menghangat–nangis. Aku memang ingin menguras air mata pembaca–ya kalau nggak sampai, paling nggak pembaca tersentuh hatinya. Indikasi itu akan berhasil, kalau aku sendiri saat menulis menangis. Kalau mataku sudah penuh air mata, aku harus berhenti menulis. Nggak kelihatan lihat layar.

Yang kedua, hambatannya adalah memilih judul. Aku jadi ingat saat bedah buku kemarin ditanya masalah judul. Aku bilang itu bagian yang nggak kusukai dalam menulis apa pun. Bahkan saat mengajukan naskah ke penerbit tahun 2016, yang akhirnya terbit sebagai buku debutku My Bittersweet Marriage, judulku nggak jelas banget. Tetapi aku punya editor yang menjadi teman diskusi menentukan judul. Sedangkan cerpen ini, aku nggak punya teman diskusi. Banyak yang kukhawatirkan saat membuat judul. Apakah dari situ isi ceritanya tertebak jadi orang nggak mau baca, atau apakah judulku mewakili ceritaku. Macam-macam. Belum lagi memikirkan mau pakai bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Akhirnya aku pilih Sebaik-baik Pelajaran. Ini merangkum isi cerita tapi juga–kurasa–membuat orang ingin tahu pelajaran apa yang kumaksud.

Naskah selesai, masalah timbul saat harus mengunggah. Di formulir ada kolom sinopsis. SINOPSIS. Aku belum pernah membuat sinosis cerpen. Sinopsis novel saja aku perlu waktu sangat lama buat bikin. Menceritakan novel sepanjang 70.000 kata menjadi 500 kata adalah suatu siksaan bagiku. Karena bagiku setiap bagian itu penting hahaha. Aku nggak tega kalau ada bagian yang nggak ikut kutulis.

Aku mengeluh kepada Miss Tina karena aku harus bikin sinopsis cerpen. Berapa panjang? Berapa kalimat? Berapa paragraf? Karena aku nggak punya waktu untuk mempelajari cara sinopsis cerpen, maka aku bikin saja sebisaku. Yang penting formulirnya bisa terkirim. Itu lebih baik daripada cerpennya nggak kukumpulkan, hanya diam di komputerku saja.

Sewaktu diumumkan sepuluh cerpen favorit juri–untuk di-vote menjadi pemenang favorit pembaca–cerpenku nggak ada. Aku pikir ya sudah, berarti cerpenku nggak berpeluang menang. Padahal aku sudah lihat di IGTV Lontara bahwa cerpen juara I dan II nggak dimasukkan dalam favorit demi menghindari menang dua kali. Tetapi karena aku pesimis aku lupa kenyataan itu.

Siang hari, habis panas-panasan beraktivitas di luar, aku membuka beranda Instagram. Scroll, scroll, scroll. Ada pengumuman pemenang. Aku bimbang mau lihat nggak ya. Takut kecewa hahaha. Tetapi kalau nggak dilihat nanti malam nggak bisa tidur. Akhirnya sambil berdoa, aku geser gambarnya. JUDUL CERPENKU ADA DI SANA. DI TENGAH. Kucek-kucek mata. Cubit-cubit lengan. Minta orang di sebelahku memastikan. Lalu aku baca komentar. Ada yang mengenaliku dan bilang ‘Ini Kak Ika Vihara yang itu yang menang ya?’ Apa aku Kak Ika Vihara yang itu?

Aku langsung berteriak,”Ibu, anakmu bisa menulis cerpen!” Teman-temanku kasih selamat. Dan wow, sampai uang hadiah ditransfer aku masih belum bisa percaya aku menang lomba cerpen. Bukan untuk pertama kalinya, tapi bertahun-tahun setelah aku pernah menang dan nggak pernah lagi menulis cerpen, ternyata aku bisa membuktikan kepada diriku sendiri aku mampu melakukannya.

Beberapa hari yang lalu, perwakilan penerbit menghubungiku. Menyampaikan cerpen Sebaik-baik Pelajaran akan terbit dalam buku kumpulan cerpen bersama cerpen-cerpen terpilih lainnya. Aduh, aku nggak sabar banget buat mendapatkannya dan membaca karya teman-teman yang lain di sana. Pasti bagus-bagus semua. Kamu mau punya buku itu juga? Hubungi aku di IG/Twitter ikavihara, nanti aku kasih tahu caranya.

 

Penulis 15 buku, di antaranya Boulevard of Wedding Dreams, Janji Dari Rovaniemi, The Dance of Love, Right Time To Fall In Love, The Promise of Forever, The Perfect Match, A Wedding Come True, dan My Bittersweet Marriage. Pemenang Lomba Cerpen Teman Tulis 2022 dan 2021. Pemenang The Wattys 2021 Kategori Romance.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *