Karya Ika Vihara Suara pengamen yang menyanyi dengan suara seadanya, diiringi suara gitar yang dipetik ala kadarnya, ditingkahi suara tawa dua orang remaja, membuat tenda kaki lima ini semakin berisik saja. Azan Isya juga terdengar nyaring dari masjid di seberang tenda ini. Sepertinya aku memilih waktu yang salah untuk makan malam. Pengamen bersuara sumbang itu tetap tidak mau diam, bahkan seperti ingin mengalahkan suara azan. Sambil menyodorkan kantong bekas permen. Dua orang remaja memasukkan receh sambil masih tertawa-tawa. Aku tidak lapar. Tadi aku hanya berjalan kaki menghabiskan waktu sepulang bekerja. Lalu memutuskan mampir makan nasi goreng di tenda kecil di samping minimarket dua puluh empat jam. Saat aku sedang…
-
-
MEMELUK OKTOBER
Oktober, setahun yang lalu Aku rindu hujan. Meski aku benci hujan. Hujan dan kamu. Hujan pernah mengiringi salah satu kebersamaan kita. Ketika aku sudah bisa berdamai dengan waktu, malam mingguku tak lagi kugunakan untuk mengingatmu dengan air mataku, walaupun aku juga tidak bisa mengingatmu sambil mengulas senyum. *** Saat itu, pertama kalinya dalam hidupku aku mau mengajak lelaki kencan di malam minggu. Aku? Tak habis pikir siapa kamu bisa membuatku berbuat begitu. Istimewa ya kamu? Tidak tahu apa yang sedang kupikirkan saat aku mulai mengetikkan pesan singkat Sabtu malam itu. Keluar yuk! Bukan karena aku sedang bosan, atau aku tidak ada kerjaan. Saat itu aku malah sedang berada di ruang…