Oktober, setahun yang lalu Aku rindu hujan. Meski aku benci hujan. Hujan dan kamu. Hujan pernah mengiringi salah satu kebersamaan kita. Ketika aku sudah bisa berdamai dengan waktu, malam mingguku tak lagi kugunakan untuk mengingatmu dengan air mataku, walaupun aku juga tidak bisa mengingatmu sambil mengulas senyum. *** Saat itu, pertama kalinya dalam hidupku aku mau mengajak lelaki kencan di malam minggu. Aku? Tak habis pikir siapa kamu bisa membuatku berbuat begitu. Istimewa ya kamu? Tidak tahu apa yang sedang kupikirkan saat aku mulai mengetikkan pesan singkat Sabtu malam itu. Keluar yuk! Bukan karena aku sedang bosan, atau aku tidak ada kerjaan. Saat itu aku malah sedang berada di ruang…
-
-
My Bittersweet Marriage: the Excerpt
“Apa kita jadi pergi besok?” Hessa bertanya sambil setengah melamun. Hessa duduk di samping Afnan di mobil, kembali ke rumah Hessa setelah menginap di rumah orangtua Afnan. “Iya.” “Nggak bisa diundur sehari aja?” “Hessa, kita sudah ngomongin ini berkali-kali. Kita akan berangkat hari Sabtu dan nggak akan berubah.” “Aku masih belum puas di sini.” “Mau diundur berapa kali juga kamu nggak akan puas. Aku punya tanggung jawab di sana. Kamu tinggal berangkat aja. Nggak perlu cari tempat tinggal. Nggak perlu takut kehabisan uang. Ada aku di sana. Apalagi masalahnya?” “Kenapa kamu nggak bisa tinggal di sini? Seperti Mikkel. Lilian bilang….” “Aku nggak bisa. Aku sudah kasih tahu kamu tentang pekerjaanku…