• Blog,  Thing That Makes Me Happy

    THE LITTLE MATCHMAKER

    Sebuah Cerita Pendek oleh Ika Vihara Banyak orang bilang aku punya sembilan nyawa. Meski mereka tidak pernah tahu sekarang nyawaku tinggal berapa. Sering juga orang mengatakan aku pandai mengelabui malaikat pencabut nyawa. Aku tidak mudah mati, katanya. Bahkan beberapa dari mereka percaya aku bisa hidup selamanya. Ah, manusia. Seandainya aku bisa bicara bahasa mereka, aku akan meluruskan semua pemikiran tidak masuk akal itu. Sama dengan mereka, aku hanya punya satu kesempatan hidup. Tetapi, berbeda dengan manusia yang rapuh—fisik dan mentalnya, aku sangat kuat. Kecelakaan yang membuat tulang manusia patah, hanya akan membuat tubuhku pegal-pegal. Ini bukan karena aku punya sembilan nyawa. Baca buku banyak-banyak, manusia, jangan sibuk membaca status orang…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Dear Me

        Engkau adalah inspirasi terbesarku. Segala hal, sekecil apapun itu, bisa terlihat menarik ketika kamu memandangnya. Kamu selalu melihat jauh ke balik permukaan, menemukan sesuatu yang luput dari perhatian orang lain. Kamu tidak takut untuk menyampaikan perbedaan itu. Meski sebagai konsekuensinya, teman-teman dan orang-orang di sekelilingmumenganggapmu aneh. Orang tidak habis pikir kenapa kamu tahan menghabiskan waktu berjam-jam sendirian hanya dengan melukis, menulis, atau hanya mencoret-coret kertas, sekadar menuangkan isi pikiranmu yang seperti tidak ada habisnya. Namun kamu memilih tidak memedulikan mereka. Terima kasih kepada orangtuamu yang selalu membacakan cerita ketika kamu belum bisa membaca. Terima kasih kepada orangtuamu yang bersedia membelikanmu buku-buku karena kamu selalu haus membaca. Saat itu…

  • Blog,  Uncategorized

    Aku dan Impostor Syndrom

      Semenjak memutuskan untuk menjadi penulis, published author, pada tahun 2016 dan menerbitkan buku melalui penerbit mayor, aku menyadari impostor syndrom perlahan muncul dalam diriku. Pada waktu aku nggak memulai proses tersebut dengan mudah. Ada orang-orang yang iri padaku, ada orang-orang yang membenci keberhasilanku, bermacam-macam tanggapan buruk yang kudapat. Semuanya bukan tentang bukuku, bukan tentang tulisanku, melainkan mengenai pribadiku. Sering aku dapat informasi dari teman, di forum sana aku diomongkan begini, di forum sini aku dikabarkan begini. Keadaan tidak mengenakkan tersebut masih diperparah oleh pendapat keluarga besarku. Banyak dari mereka mengatakan aku hanya buang-buang waktu menulis cerita-cerita khayalan. Lebih baik aku menggunakan waktu untuk mendesak laki-laki yang mendekatiku supaya menikahiku. Lima…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Berhenti Menulis

      14 November 2018. Pukul 23.27. Aku mengatakan kepada seseorang bahwa aku ingin berhenti menulis. Seseorang tersebut tertawa, nggak menanggapi serius apa yang kukatakan. Dia hanya melambaikan tangan dan mengatakan, “I have a feeling after a few weeks you will reach out for the pen again. Writing runs in your blood.” Aku sendiri nggak tahu kenapa aku sampai bisa mengeluarkan kalimat seperti itu. Seseorang tersebut selalu benar. Rasanya aku nggak bisa membayangkan aku akan menyebut diriku apa, selain penulis. Tanpa sebuah karya, aku hanya manusia biasa. Dan aku ingin menjadi lebih dari biasa. Keinginan untuk berhenti menulis bukan muncul karena nggak ada yang mau membaca tulisanku. Bukan. Selama ini aku…

  • Blog,  Uncategorized

    NEW BOOK: SAVARA

    Dari sampul belakang buku: “Aku berusaha untuk membalas perasaanmu, Darwin. Aku belum pernah merasa dicintai sedalam ini, oleh laki-laki.” Supaya Darwin percaya, ingin sekali Vara bisa membalas kalimat cinta dari Darwin. Hanya satu kalimat. Aku juga mencintaimu. Tapi satu kalimat itu bahkan terlalu susah untuk keluar dari mulutnya. Karena kalimat itu tidak ada di dalam hatinya. “Katakan padaku, Vara, apa yang harus kulakukan? Kadang-kadang aku merasa sulit sekali untuk mendapatkan hatimu.” Hanya perlu satu tatapan mata, satu senyuman, satu tawa dan satu jam bercakap-cakap dengan Savara untuk membuat Darwin jatuh cinta. Darwin sempurna kehilangan hatinya setelah pertemuan ketiga. Tidak ada pilihan baginya selain memiliki Savara. Namun Savara berulang kali meminta…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    Di Balik The Dance of Love

    Beberapa waktu yang lalu, seminggu sekali aku sempat mengunggah cerita The Dance of Love di sini. Kemudian, terhenti. Alasannya sepele dan lazim banget. Macet di tengah jalan. Aku nggak tahu gimana aku harus melanjutkannya. Bisa jadi karena aku salah start. Atau mungkin karena aku nggak bisa mengikuti outline yang kubikin. Kalau aku boleh menyebut, saat itu aku mengalami konstipasi dalam menulis. Di kepalaku ada banyak hal yang ingin kutulis, tapi meski kupaksa semua itu keluar dari kepalaku, tetap tidak bisa. Mirip seperti orang yang kesulitan, sorry, buang air besar. Sebenarnya itu bukan kali pertama aku menulis cerita The Dance of Love. Dulu juga sempat pernah kutulis dan kuunggah. Nggak sanggup lanjut juga.…

  • Blog,  My Books

    Afnan Møller: An Interview

    Afnan Møller adalah salah satu tokoh yang berarti dalam hidupku. Berkat dirinya buku pertamaku berhasil terbit dan kemudian menyusul buku-bukuku yang lain. Dalam banyak pesan yang kuterima melalui Instagram, Facebook, Twitter, e-mail, maupun WhatsApp, aku tahu bahwa teman-teman juga menyukai Afnan. Karena itu, ketika ada kesempatan, aku ‘mewawancarai’ Afnan dan mencari tahu bagaimana hidupnya dulu dan sekarang. Jalan yang kulalui berliku, aku harus menghubunginya melalui Instagram Hessa dan … di bawah ini kupersembahkan hasil ‘wawancara’ dengan Afnan beberapa hari yang lalu.     Good afternoon, Dr. Møller. Thanks for letting me interviewing you for all of your fans out there. Afnan, please. Fans? Aku bukan artis atau apa. Hanya orang biasa. Orang biasa?…

  • Blog,  My Bookshelf

    Yth. Orangtua

    Aku masih ingat apa yang dikatakan Rektor UGM saat mengukuhkan wisudawan dua tahun yang lalu. Pada waktu itu, Profesor Dwikorita Karnawati—sekarang kepala BMKG—menyampaikan kepada orangtua wisudawan yang hadir—kalau mereka menyimak—bahwa tantangan menjadi orangtua zaman sekarang adalah menambah wawasan dan memahami bahwa ada banyak, dan semakin banyak, pilihan profesi baru yang tidak ada ada pada zaman mereka muda dulu. Orangtua harus mau menerima bahwa anak-anak mereka tahu lebih banyak daripada mereka. Mudah saja bagi anak-anak untuk terinspirasi dengan orang-orang hebat di luar sana—terima kasih kepada internet—dan ingin mengikuti jejak mereka. Zaman sekarang, setelah lulus kuliah, pilihan pekerjaan anak muda tidak lagi terbatas pada pegawai negeri sipil, pegawai BUMN, atau karyawan swasta.…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    SEBUAH KESALAHAN

    SEBUAH KESALAHAN DALAM MENULIS Ini bukan tentang kesalahan dalam teknis kepenulisan. Bukan. Melainkan salah motivasi dalam menulis. Tadi malam, sebelum tidur, aku memikirkan perjalanan karier menulisku—uh huh, biar tampak hebat meski sebenarnya ya nggak juga. Sejak SMA aku sudah aktif menulis di buku harian. Ini adalah fondasi karier yang amat penting, tidak bisa diremehkan. Semenjak kelas dua atau tiga SMA, aku bertukar buku harian dengan sahabatku, Kristian. Isinya macam-macam. Dari cowok yang kami sukai, lirik lagu yang menggambarkan suasana hati, keluarga, teman yang menyebalkan, sampai pembahasan soal-soal biologi. Sampai hari ini aku masih sering membaca buku tersebut, karena cerita-cerita di dalamnya begitu hidup. Waktu kuliah, aku ikut menulis di majalah…

  • Blog,  Thing That Makes Me Happy

    THING THAT MAKES ME HAPPY (2): HEARTFELT MESSAGE

      Is it wonderful that my books will have traveled farther than I have? Or … frightening? Sampai pada titik ini, aku tahu bahwa lebih mudah untuk berhenti menulis daripada menjaga kebiasaan baik tersebut. Iya, bagiku menulis adalah sebuah kebiasaan, bukan pekerjaan, bukan pula hobi. Sebuah kegiatan, sebelum disebut sebagai kebiasaan, harus dilakukan dulu berulang-ulang. Aku tidak tahu apa yang kutulis, tapi aku tetap menulis. Mau nanti ada hasilnya–diterbitkan–atau tidak–teronggok saja–namanya kebiasaan akan selalu kulakukan. Karena itu, tiga tahun sejak aku menulis kalimat pertamaku, aku berada di posisi yang berbeda, a well-practiced-writer. Seperti kusebutkan dalam bukuku When Love Is Not Enough, aku tidak pernah sendirian dalam menulis sebuah buku. Ada…